Pembangunan Bale Pelik Di Kayangan Tri Sakti Mertajati

Bale Pepelik (atau juga disebut Pelik Sari) adalah sebuah pelinggih yang berada ditengah-tengah dalam sebuah pura yang biasanya juga disebut dengan Bale Pileh atau Bale Tajuk.

Dimana dalam arsitektur pura disebutkan bahwa pelinggih ini konstruksinya serupa bangunan gedong namun terbuka tiga sisi yaitu : ke depan dan dua ke samping, fungsinya untuk penyajian sarana dan perlengkapan upacara saat pelaksanaan upacara yadnya dan piodalan.

Dan biasanya pada akhir acara dilakukan dengan pelaksanaan mapurwa daksina sebagai prosesi ritual untuk mengelilingi atau mengitari sebanyak tiga kali pelinggih tersebut dengan diiringi kidung-kidung dharma gita yang bertujuan untuk dapat meningkatkan vibrasi Sattvam yang muncul dari persembahan yang dilakukan dan menguraikan vibrasi unsur rajas-tamas di alam semesta ini.Bale pelik dyg ada d desa adat Mertajati di pelaspas saat purnama ke tiga

DHARMA TULA IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYANANDA DI MERTAJATI

Hari ini adalah hari istimewa krn hari ini desa kami kedatangan tamu yang istimewa. Dia bukan pejabat atau aparat pemerintah tapi beliau adalah seorang sulinggih (pendeta Hindu) yang bernama Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda. Biasanya kami hanya bisa menyaksikan beliau dilayar televisi lewat acara Dharma Wecana di stasiun Bali TV. Tapi hari ini beliau hadir di tengah-tengah kami, di desa kami Dusun Mertajati Desa Sausu Piore Kecamatan Sausu Kab. Parigi Moutong SULTENG.

Saya sebagai masyarakat dusun Mertajati merasa bangga dan terhormat atas kunjungan beliau ke desa kami. Kami mengucapkan banyak terimakasi kepada para mahasiswa KKN serta jajaran civitas akademika STAH DHARMA SENTANA Palu, yg sudah memfasilitasi Ida Pandita sehingga bisa hadir d hadapan kami. Sungguh moment yg langka dimana kami yang jauh berada d pelosok didaerah rawan konflik kerusuhan mendapat kunjungan Ida Pandita.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda tiba d lokasi tanggal 19 november 2013 jam 23.00 malam. Kedatangan beliau sudah d tunggu oleh beberapa umat serta pengurus PHDI Desa dan PHDI Kecamatan Sausu. Setibanya d lokasi mereka langsung membrondong Ida Pandita dengan beberapa pertanyaan yg menjadi unek- unek mereka. Mungkin mereka yg bertanya tersebut khawatir kalau besoknya tidak cukup waktu atau tidak mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan karena jadwal Ida Pandita yg padat. Sampai akhirnya sekitar jam 01:00 panitia menghentikan acara bincang-bincang karena Ida Pqndita harus istirahat, dan acara padat esok hari sudah menunggu.

Pada pagi hari tanggal 20 nuvember 2013, masyarakat sudah berkumpul d bale banjar. Sekitar jam 08:10 acara kemudian d mulai, ada banyak acara seremonial dari STAH DHARMA SENTANA sebelum Ida Pandita memberikan Dharma Tula. Acara dimulai dg tari puspa wresti, cendrawasih, tarian kebesaran STAH, palawakia serta senam yoga. Kemudian ada beberapa sambutan dari panitia sebelum akhirnya acara utama dimulai. Sebenarnya dari masyarakat minta hal ini d kurangi agar forsi dharma tula lebih lama, tp karena acara ini d fasilitasi oleh STAH DHARMA SENTANA mau tidak mau kami harus ikuti aturan mainnya.
tari waraning laksmi
Kemudian sekitar pukul 09:30 acara seremonialnya selesai baru kemudian masuk ke acara inti yaitu Dharma Tula dari Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda.

Semua mata dan telinga tertuju pada Ida Pandita, seolah tak mau melewatkan apa yg d ucapkan. Semua kata bermakna semua kata mengundang tawa. Dharma Tula kali ini mengambil tema “Melembagakan Agama Hindu kedalan Konstruksi dan Struktur yang Benar”. Banyak hal yg bisa dipetik dan disimak dari wejangan beliau, disajikan dengan gaya humor Beliau mampu menghipnotis kami sampai tak terasa waktu berlalu. Setelah memberi wejangan selama sekitar 2 jam kemudian dilanjutkan dengan acara tanya jawab selama kurang lebih 1 jam. Sebenarnya waktu 1 jam untuk tanyajawab tidaklah cukup karena masih banyak yg ingin d tanyakan oleh umat, tapi karena ada keterbatasan waktu acara diakhiri sampai jam 1 siang. Dan sebentar lagi sehabis dari sini beliau akan memberikan Dharma wecana di Pura Purnasada Tolai. Lalu keesokan harinya beliau akan balik ke Bali.


Secara umum saya gambarkan umat merasa sangat puas atas kehadiran beliau begitu pula dengan saya. Rasa kecewa krn gak dpt nonton dek ulik beberapa hari yg lalu jd terobati he he. Saat penutupan acara diisi dg acara foto-foto bersama beliau, dan saya pun tidak mau ketinggalan ikut berdesakan pasang aksi hmmmm dan tak lupa menjabat tangan beliau.
Buin pidan kaden buin maan…xixixixi…..

SEKIAN

TANGKIL RING PURA AGUNG WANA KERTA JAGATNATHA PALU



Eksistensi umat Hindu d Nusantara kian tampak tak terkecuali di tanah kaili, Palu Sulawesi Tengah. Di kota palu Sulawesi tengah terdapat satu pura besar yang di sungsung oleh umat Hindu seluruh Sulawesi Tengah. Pura ini dibangun pada tahun 1984. Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha terletak dikawasan dataran tinggi Palu, persisnya d jalan Jabar Nur no. 3 Kelurahan Talise Palu Utara. Sebagai informasi bahwa lokasi pura berada di tengah- tengah mayoritas muslim. Disebelah kiri pura terdapat kampus Universitas Muhamadiah dan sebelah kanannya terdapat rumah sakit bersalin Fadhilah. Namun besarnya perhatian pemerintah dan toleransi masyarakat, hingga sampai saat ini blm pernah terjadi gesekan-gesekan antar umat krn kami saling menghargai dan menghormati hak beribadah masing-masing.


Hari piodalan Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha dilaksanakan pada purnama sasih ke-5 yang saat ini jatuh pada tanggal 17 november 2013. Pada piodalan kali ini panitia ngengundang artis bali untuk menghibur umat yaitu dek ulik.

Umat Hindu yang berada diluar kota sudah berdatangan beberapa hari menjelang pelaksanaan acara piodalan. ada yang sekalian nonton konser dek ulik ada pula yg hanya datang untuk tangkil ngaturang bakti. Sedangkan konser Dek Ulik dilaksanakan sehari sebelum dilaksanakan pujawali yaitu pada malam minggu tanggal 16 november 2013.

Sedangkan saya sendiri berangkat ke Palu pada hari minggu siang sementara piodalan akan dilaksanakan pada sore harinya. Saya berangkat dari kampung sekitar jam 10.00 pagi dengan tujuan agar bisa melintas d gunung sekitar jam 12.00 – 14.00. Saat ini ada pekerjaan pelebaran jalan di gunung dimana proyek sudah bekerja mulai bulan juni lalu. Sedangkan jam kerja proyek mulai pukul 08.00 – 12.00 wita pagi harinya dan siangnya mulai kerja jam 14.00 – 18.00 wita. Jadi jika hendak ke Palu ada tiga pilihan waktu yaitu pagi, siang atau sore. Sedangkan waktu tempuh normal dr kampung saya menuju palu sekitar 3 jam perjalanan dengan jarak tempuh 143 km. Tapi karena ada perbaikan jalan perjalanan ljadi lebih lama sekitar lagi 1 jam.

Saya tiba dilokasi proyek perbaikan jalan sekitar jam stengah dua belas, dimana disana mobil sudah berderet antre mulai di depan pintu palang. Diantara antrean ternyata banyak juga diantaranya teman-teman dari kampung tetangga yg hendak tangkil ke palu. Mereka berangkat berombongan dengan keluarga masing-masing dalam setiap mobil. Saya sendiri kepalu hanya dengan istri serta anak yang paling kecil.

Sekitar jam 12.00 pintu palang akhirnya d buka, kami pun mulai melintasi jalan pegunungan yang berliku. Sementara dalam perjalanan hujan pun mulai turun dwngan derasnya, jalan pun jadi licin karena lumpur akibat pekerjaan proyek. Mobil merayap pelan beriringan mobil-mobil kecil berusaha mendahului kendaraan truk yang bermuatan berat. Tapi kami tak bisa leluasa karena perjalanan sangat beresiko dimana jalan berada pada sisi tebing dan jurang. Hujan pun semakin lebat, saya sangat khawatir karena disini sering terjadi longsor apalagi saat ini sedang ada proyek pelebaran jalan. Jalan penuh dengan lumpur dibeberapa bagian jalan sudah terjadi longsor dan mobil pun tersendat karena mesti lewat satu-satu dimana kendaraan yg berasal dari arah berlawanan sudah berpapasan. akhirnya sekitar jam14.00 kami sudah berhasil melintasi daerah pegunungan, dan masih perlu waktu setengah jam lagi untuk sampai d kota Palu.

Sorenya setelah mempersiapkan diri sekitar jam 18.00 saya bersama keluarga berangkat ke Pura. Di Pura ternyata sudah ramai gelombang persembahyangan pertama sudah masuk ke utama mandala. Karena pemedek kali ini cukup banyak persembahyangan dilakukan dalam 3 tahap, sementara persembahyangan tahap 1baru dimulai, di jaba pura depan candi bentar sudah banyak berkumpul umat yang akan sembahyang pada tahap ke 2. Sementara menunggu giliran sembahyang saya sempat keliling ternyata banyak sekali teman-teman yg berasal dari luar daerah tangkil ke pura Jagatnatha.

sekitar jam 20.00 wita persembahyangan tahap pertama usai kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan tahap ke dua. Kami pun berdesakan saling dorong. berebut untuk masuk. Saya agak kewalahan karena harus melindungi anak saya yg masih kecil agar tidak terhimpit. Setelah berhasil masuk saya mendapat tempat d utama mandala sebelah kiri. Perlu d ketahui yang digunakan sebagai areal persembahyangan saat odalan adalah utama mandala dan madia mandala. Persembahyangan tahap ke dua berakhir sekitar pukul 21.00 wita.


Setelah persembahyangan saya serta keluarga keluarga langsung pulang ke jalan ramba karena malam itu tidak ada hiburannya. Tidak ada perasaan menyesal walaupun tidak dapat nonton konser Dek Ulik karena tujuan utama saya ke Palu adalah untuk bisa tangkil di Pura Jagatnatha. Karena pemedek sangat ramai saya mendapat tempat parkir cukup jauh yaitu di dalam komplek kampus Universitas Muhamadiah.

Itulah sekedar cerita yang bisa saya susun mengenai eksistensi umat Hindu di Sulawesi Tengah khususnya Palu. Keesokan harinya saya balik lagi ke kampung tapi saya lewat jadwal buka jalan sore hari jam 18.00 dan sampai d rumah jam 21.00 wita.

SUKSMA

Melaksanakan Nyepi Di Negeri Yang Rusuh

Seperti tahun – tahun sebelumnya dalam rangka menyambut pergantian tahun baru Caka, kami rutin melaksanakan acara seperti melasti dan pementasan ogoh-ogoh. Tapi dalam menyambut kedatangan tahun baru Caka 1935 ini ada suasana yang berbeda. Hal ini disebabkab oleh karena adanya pelarangan pembuatan ogoh-ogoh oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Parigi Moutong. Pelarangan ini terkait dengan adanya serangkaian kejadian kerusuhan di ibu kota Kabupaten Parigi Moutong tanggal 25 februari 2013 lalu. Walaupun kejadian tersebut tidak meluas, tapi agak membuat khawatir karena beberapa waktu yang lalu terjadi kerusuhan di beberapa daerah di Indonesia, dimana komunitas Bali menjadi sasarannya. Seperti yang terjadi di Lampung Balinuraga serta di Flores Nusa Tenggara Timur. mungkin untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan PHDI Kabupaten menginstruksikan pelarangan pembuatan ogoh-ogoh.

Walaupun ada larangan pembuatan ogoh-ogoh oleh PHDI, tapi Persatuan Pemuda Hindu (PERADAH) Widya Graha tetap melanjutkan pembuatan ogoh-ogoh karena sudah direncanakan jauh hari dan ogoh-ogoh sudah setengah jadi saat datang instruksi dari PHDI. Dan kami semua seluruh masyarakat sepakat mendukung PERADAH untuk melanjutkan pembuatan ogoh-ogoh. dan berupaya akan mementaskannya secara tertib agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Acara melasti di tempat kami dilaksanakan tanggal 10 maret 2013, untuk kecamatan Sausu pemelastian dipusatkan di pantai Tambu. Yang diikuti oleh desa adat yang berada diwilayah kecamatan Sausu yang terdiri dari 12 pengempon pura.

Acara pemelastian dikuti oleh ribuan umat, mereka antusias mengikuti rangkaian acara demi acara walau cuaca saat itu cukup panas dan tertik. Sebelum acara persembahyangan dimulai, diberikan kesempatan kepada para penabuh dari beberapa desa adat untuk menyumbangkan tabuh gambelan untuk mengisi acara. Dan desa adat mertajati selaku tuan rumah acara menyajikan tarian puspa wresti dan tari cendawasih.

Sulinggih yang muput pada acara pemelastian kali ini adalah Ida Pedanda Manuaba dari Gria Tamansari kecamatan Balinggi. dan acara pemelastian selesai sekitar jam 11.00 wita.


Masing-masing pengempon pura kembali ke desa adat masing-masing yang akan dilanjutkan dengan acara ngelinggihan Betara dipura suang-suang.

Keesokan harinya tanggal 11 maret 2013 saat tilem sasih ke sanga, pagi harinya umat kembali kepura untuk melakukan pecaruan atau tawur kesanga. Dan untuk dilingkungan rumah tangga dilakukan pecaruan di pekarangan masing-masing dan sore hari menjelang sandi kala dilakukan acara mebuwu-buwu.

Menjelang jam 3.00 sore masyarakat kembali berkumpul terutama anggota PERADAH dan anak-anak pasraman yang sudah siap mengusung ogoh-ogoh untuk diarak keliling desa. Sekitar jam setengah empat sore mereka mulai bergerak. ada dua ogoh-ogoh yang dibuat, yang satu untuk PERADAH dan yang lebih kecil untuk anak-anak Pasraman. Pertama-tama ogoh-ogoh diarak menuju batas desa sebelah selatan kemudian ketimur, keutara lalu kebarat


Diiringi dengan gambelan bleganjur serta letusan kembang api dan petasan, suasana terasa sangat meriah dan penuh semangat. penonton pun berderet dipinggir jalan disekitar perempatan. Banyak dari mereka adalah masyarakat kampung pribumi yang ingin menyaksikan pementasan ogoh-ogoh tersebut. Karena kami melintas di jalan raya trans sulawesi lalu lintas pun agak tersendat. Akhirnya menjelang sandikala ogoh-ogoh pun diarak ke batas desa sebelah barat lalu dibakar

Keesokan harinya tepat pd hari raya nyepi, pelaksanaannya hanya dilakukan dilingkungan desa atau rumah warga masing-masing. Karena kami berada dijalan poros antar propinsi dan bersebelahan dg masyarakat kampung atau penduduk asli, maka kami tidak bisa melaksanakan penyepian spt di Bali. Tapi suasana lengang masih terasa hanya sesekali kendaraan melintas dijalan. Semua umat Hindu lebih banyak berdiam di dalam rumah dan tidak ada terlihat melintas di jalan. Demikianlah sekilas cerita dr tanah rantau tentang suasana penyepian. Bagi segenap Hindu marilah kita melaksanakan catur brata penyepian sbg wadah untuk instrospeksi agar tercapai kedamaian dibuana alit dan buana agung.

Selamat tahun baru Ď‚aka 1935.
Vidionya bisa di lihat di youtube.

SIWALATRI RING KAYANGAN TRI SAKTI

Seperti biasanya setiap tahunnya yaitu pada purwaning tilem sasih ke-7, yg disebut sebagai malam siwalatri. Yaitu malam pemujaan thd Hyang Widi dg manifestasi sebagai Dewa Siwa. Siwalatri selalu identik dg cerita Lubdaka dimana diceritakan dia adalah seorang pemburu yg tanpa sengaja terjaga pd saat malam Siwa. Sehingga dia memperoleh pencerahan dari Ida Shang Hyang Widi Wasa.


Lubdaka

Untuk kali ini kami melakukan nya d pura Tri Sakti Desa Adat Mertajati kec. Sausu, Kab. Parimo Sulawesi Tengah, seperti tahun2 sebelumnya. Acara dimulai dg persembahyangan pertama dilaksanakan jam 7 malam. Setelah persembahyangan pertama usai kemudian acara di isi dengan lomba anak2 pasraman Santi Widya Buana. Katagori yang dilombakan meliputi kidung, wargasari dan dharma wecana.

Sekitar jam 10 malam acara lomba anak2 pasraman Santi Widya Buana, untuk mengisi waktu diundang ibu2 WHDI untuk tampil membawakan lagu kerohanian kidung dan wargasari dan diselingi oleh rekan2 yg lain yang suka metembang.

Menjelang jam 12 malam kami pun bersiap melakukan persembahyangan ke 2, sarana pun dipersiapkan. Pada saat sembahyang tengah malam ini dilakukan sambang semadi, memusatkan konsentrasi memuja Hyang Siwa. Dan persembahyangan terakhir d lakukan jam 4 pagi

Walaupun kami berada d wilayah rawan konflik sarang teroris serta berbatasan dg Kabupaten Poso, acara Siwa Latri tetap kami laksanakan spt biasa. Karena kami yakin Hyang Widi akan selalu melindungi umatnya.